MAKALAH
“MENUMBUHKAN
MINAT DAN KREATIFITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUAI OUTBOUND
DI SMK AN-NASYI’IN KELAS X BUNGBARUH KADUR”
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliyah Hahasa Indonesia yang dibimbing oleh: Anisa Fajriana
Oktasari, S. M.Pd.
KELAS : B
OLEH :
ISBAT (18201201030072)
KHOYRUL
UMAM SYARIF (18201201030095)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2012-2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalmu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil alamin segala puja dan
puji syukur kami
haturkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan beberapa
kenikmatan yang berupa
Iman, Islam dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “menumbuhkan
minat dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran bahasa inggris melalui outbound
di smk an-nasyi’in kelas x bungbaruh kadur”.
Salawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Rasul yang
terahir yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah yang
penuh barakah ini.
Selanjutnya
kami mengcapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu yang terhormat Ibu Anisa Fajriana Oktasari S.M.Pd. yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada kami, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Taklupa
kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penulisan makalah ini , begitu juga kami mohon maaf apabila dalam penulisan ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat
kami harapkan.
Billahitaufiq Walhidayah Summassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Pamekasan,
23 November 2012
Penulis,
I
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ……………………………………………………….. i
Daftar
isi ………………………………………………………………. ii
I Pendahuluan ……….……………………………………………….. 1
1.1. Latar belakang
………………………………………….… 1
1.2. Rumusan masalah
……………………………………….. 4
1.3. Tujuan
penulisan ……………………………………….... 4
1.4.
Manfaat…………………………………………………… 4
II ISI ………………………………………………………………….... 5
2.1.
Landasan Teori…………... …………….………………... 5
A.
Teori
belajar humanistic …….……………………… 8
B.
Teori
belajar behavioristik ………………………….. 8
C.
Teori
belajar kognitif ……………………………….. 9
D.
Teori Belajar Konstruktivisme ……………………... 12
1.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam outbound. … 14
A.
Metode
Praktek Pola-pola Kalimat …………………… 14
B.
Composing method ………………………………..... 15
C.
Metode
Percakapan (Conversation Method) .…………. 16
D.
Guessing/conecting
words method ……………………. 17
E.
Metode
Membaca (Reading Method)………………….. 18
F.
Describing Things Method …………………………... 19
G.
Metode
Latihan (Drill) …………………………….… 19
H.
Metode
Alami (Natural Method) ………………………. 21
I.
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
…………... 23
2.2.
Penelitian
Terdahulu Yang Relefan ……. ….………….… 24
2.3.
Analisis
Data
………………………………..…………..… 27
A.
Penerapan
Metode Praktek Pola-pola kalimat…………. 27
B.
Penerapan
composing method dalam bahasa inggris…. 28
C.
Penerapan
Metode Percakapan ………………………… 29
D.
Penerapan
guessing/conecting words method ………… 30
E.
Penerapan discribing things
method………………… 31
III PENUTUP …………………………………………………………. 33
3.1. kesimpulan
………………………………………………... 33
3.2.
saran …………………………………………………….… 33
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………. 34
LAMPIRAN …………………………………………………………… 35
ii
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengingat perkembangan
teknologi yang sangat canggih di era yang sangat modern ini mau tidak mau
generasi muda kita dituntut untuk menguasai bahasa Inggris untuk mengimbangi
perubahan zaman yang sangat pesat karena Banyaknya inovasi maupun kreativitas baru dalam menghasilkan
fasilitas maupun produk canggih, baik di bidang komunikasi, elektronik,
otomotif, robotic, dan lain sebagainya, mayoritas alat-alat
atau benda-benda yang tersebut, memakai bahasa inggris.
Kemudian beberapa hal yang paling berpengaruh di era
globalisasi sekarang selain dari hal-hal yang telah disebutkan di atas yaitu
adanya perkembangan internet yang berkembang pesat, internet atau
interconnection networking adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer
yang saling terhubung, saat ini fasilitas internet dapat dinikmati bukan hanya
di warnet (warung internet) saja, namun layanan ini telah banyak tersedia pada
beberapa jenis handphone yang telah menyediakan fitur untuk koneksi internet
via mobile, dengan adanya modem mobile internal inilah pengguna handphone dapat
langsung “berinternet ria” via mobile
internet di hp mereka dengan lebih fleksibel dan efisien. Selain itu beberapa
handphone jenis tertentu dapat digunakan sebagai modem eksternal untuk koneksi
internet baik dari notebook, laptop hingga PC anda tanpa mengganggu lalu lintas
panggilan dan pesan yang masuk ke hp kita.
Layanan internet atau lazim kita sebut dunia maya ini
memberikan banyak manfaat positif bagi guru maupun siswa, di antaranya:
1. Mudah untuk menemukan maupun mencari
informasi yang ingin kita ketahui dalam waktu yang relatif singkat, misalnya
pencarian web, gambar, audio, video atau pun file-file dalam format lainnya
dengan hanya menuliskan kata kunci pada mesin pencari (search engine) saja;
seperti di google, yahoo ataupun bing.
2. Sebagai sarana publikasi yang
efektif dan mendunia, karena informasi yang telah kita publikasikan di internet
akan dapat diakses oleh seluruh pengguna internet di seluruh dunia misalnya;
a) Share tentang pendidikan melalui
jejaring sosial facebook, twiter dll,
b) Sarana publikasi sekolah, blog atau
situs pribadi guru dll. Publikasi sekolah dapat menggunakan berbagai situs dari
hosting berbayar hingga yang gratis seperti wikipedia, blog ataupun website.
c) Iklan online, berita online hingga
bisnis online.
3. Penyampaian laporan-laporan sekolah kepada
pihak lain, pengiriman surat atau dokumen dalam berbagai format baik word,
excel, pdf, photo, mp3, video maupun file-file dalam format lainnya. Pengiriman
file ini dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas surat elektronik atau
email seperti : gmail atau pun yahoo mail.
4. Dapat mendownload atau mengambil
(mengunduh) file dari internet sekaligus dapat mengupload (mengunggah) file ke
internet.
5. Chating (bercakap-cakap antar
pengguna internet yang sedang online) baik dalam bentuk tulisan, isyarat, kode,
gambar bahkan melalui video streaming dengan gambar live dan suara layaknya
bertemu langsung antar komunikan.
Dan sekali lagi kemajuan teknologi menunntut kita untuk
menguasai bahasa inggris karena perkembangan teknologi tersebut mayoritas menggunakan
bahasa inggris. Sehingga apabila generasi muda kita tidak mampu menguasai
bahasa inggris maka mereka akan hanya jadi penonton dan menjadi saksi kemjuan
teknologi tanpa ikut berkreasi dan berinteraksi didalamnya.
Akan tetapi ironisnya generasi
muda kita sekarang kebanyakan mengaku tidak begitu suka pada bahasa inggris
karena bahasa inggris menurut mereka sangat sulit untuk dipahami sehingga
mereka merasa enggan untuk belajar bahasa inggris karena dalam mindset mereka
sudah tertoreh hal negative tentang bahasa inggris.
Ternyata ketika kami
telusuri penyebab utama dari mereka (yang mengaku bahasa inggris sulit) adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru kurang efektif bagi siswa, karena kadang metode yang
digunakan membuat siswa jenuh dan tambah tidak mengerti dengan pelajaran bahasa
inggris sehingga mereka akan kehilangan semangat untuk belajar dan mereka akan
merasa malas untuk belajar bahasa inggris, dan ujung-ujungnya mereka akan
berkata “bahasa inggris itu sulit atau malas ah tuk belajar bahasa inggris”.
Dan penyebab lain
mereka berfikir bahasa inggris itu sulit atau malas belajar bahasa inggris
adalah penggunaan metode yang kurang tepat dalam suatu pembelajaran atau
kesalahan cara dalam menerapankan suatu metode. Bukan Cuma itu ketika
kami terjun lngsung kelapangan ada satu yang juga mereka sampaikan yaitu kurang
sabarnya guru dalam memberikan bimbingan pada siswanya sehingga para guru
sering marah-marah pada siswa-siswinya yang agak bandel. sehingga
mental mereka menjadi down dan enggan belajar bahsa inggris. Itulah pengakuan
dari mayoritas siswa.
Seharusnya sebagai guru atau pembimbing yang baik dan
mempunyai banyak pengalaman, kita harus menerapkan metode pembelajaran yang
tepat, dan mempunya banyak pengalaman tentang penerapan/penggunaan metode
pembelajaran. sebab jika guru atau pembimbing salah dalam menerapkan metode
pembelajaran, pembimbingan maupun pengarahan pada anak tersebut, maka bukan
tidak mungkin perubahan positif yang diharapkan akan sulit direalisasikan.
Hal ini terjadi akibat tuntutan zaman yang semakin maju
pesat dan kurangnya minat anak didik kita dalam belajar, kita pun dituntut
untuk menerapkan metode maupun teknik pembelajaran yang terus berkembang pula.
Saat ini metode pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif
dan inovatif pulalah yang tepat untuk anak didik kita, selain sebagai upaya
dalam mengatasi berbagai problematika siswa tadi sekaligus sebagai metode dan
teknik baru dalam memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam aspek pembelajaran
yang berusaha menjadikan suasana pembelajaran yang edukatif yang positif,
efektif (berhasil guna) serta aplikatif.
Karena tugas utama seorang pembimbing atau
guru adalah untuk memudahkan pembelajaran
para pelajar. Untuk memenuhi tugas ini, pembimbing atau guru bukan saja
harus dapat menyediakan suasana pembelajaran yang menarik dan harmonis, tetapi
mereka juga menciptakan pengajaran yang berkesan. Ini bermakna guru perlu
mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat meransang minat pelajar di samping
sentiasa memikirkan kebajikan dan keperluan pelajar, agar anak didik atau siswa
tidak lagi merasa jenuh dengan pelajaran atau materi yang kita sampaikan,
khususnya dalam bahsa inggris. Sehingga kita bisa menjadi generasi yang selalu
terdepan dalam berbagai hal. Karena apabilakondisi siswa-siswi yang
berantakan seperti ini dibiarkan terus maka bangsa kita yakni bangsa Indonesia
akan segera menjadi Negara yang tertinggal karena siswa-siswinya tidak mau lagi
belajar bahasa inggris. Kondisi generasi yang seperti ini membuat kami prihatin
untuk menulis makalah ini.
1.2. Rumusan masalah
a. Bagaimana
cara meningkatkan minat dan keatifitas siswa-siwi dalam belajar bahasa inggris melalui
out bound?
b. Metode-metode
apa saja yang efektif untuk meningkatkan kreatifitas, minat dan semangat
siswa-siwi dalam belajar bahasa inggris melalui out bound?
c. Bagaimana
pengaruh pembelajaran melalui outbound terhadap minat, semangat serta kemampuan
siswa dalam bahsa inggris di SMK Nahdatun Nasyi’in kelas x bungbaruh kadur?
1.3. Tujuan
a. Untuk
membangun semangat, minat dan kreatifitas siswa-siwi dalam belajar bahasa
inggris.
b. Dan
juga untuk mengenalkan metode-metode yang sangat menyenangkan dalam belajar
bahasa inggris pada siswa-siwi sehingga merka kembali bersemangat dan tidak
jenuh lagi terhadap pelajaran bahsa inggris.
c. Untuk
meningkatkan kemampuan bahasa inggris siswa/anak didik.
1.4.
Manfaat
a. Kita
akan kembali bersemangat dalam belajar bahasa inggris.
b. Kita
bisa mendapatkan gaya pembelajaran baru yang menyenangkan dan tidak
membosankan.
c. Membuat
kita lebih barsemangat, aktif dan lebih kreatif dalam belajar, serta bisa
mengasah otak kita agar lebih peka, cerdas dan lebih imajinatif.
d. Akan
membantu kita untuk meningkatkan kemampuan siswa/anak didik kita dalam bahasa
inggris.
II.
ISI
2.1. Landasan Teori
Sebagai seorang guru dipastikan kita
sering menjumpai berbagai fenomena nyata khususnya pada keadaan peserta didik
kita baik dalam hal kerajinan, kedisiplinan, etika, semangat dan minat belajar
mereka. Dari berbagai fenomena yang kompleks tersebut, seorang guru pun
dituntut memiliki metode pembelajaran yang kompleks pula, kompleks dalam arti
memiliki banyak cara, banyak inisiatif, banyak alternatif yang bersifat kreatif
dan inovatif, selain itu seorang guru harus banyak bersabar pada muridnya untuk mengulang materi,
menjelaskan ulang, membimbing mereka, sehingga mereka nantinya selain menjadi
manusia yang berkualitas mereka juga mempunyai karakter yang baik, matang serta
stabil.
Terlebih lagi pada era globalisasi
seperti sekarang ini guru harus banyak belajar untuk selalu mengembangkan
kemampuannya dalam upaya meningkatkan kualitas maupun efektifitas pembelajaran,
peningkatan SDM guru ini perlu terus-menerus dilakukan akibat dampak dari
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang cepat ini.
Teknik mengajar yang baik dan benar
bagi seorang guru merupakan hal yang sangat vital dalam menentukan efektif
tidaknya sebuah pembelajaran. Alhasil seorang guru harus selalu berevolusi,
dinamis dan terbuka dalam menerima hal yang baru, bukan hanya aktif dalam
mengembangkan kemampuannya, namun juga proaktif dalam menyikapi setiap fenomena
yang cenderung fluktuatif dan dinamis khususnya dalam dunia pendidikan sekarang
ini, usaha untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalitas guru tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan, diantaranya mengikuti kegiatan-kegiatan
maupun program-program yang berkaitan dengan pengembangan diri secara umum
hingga pengembangan terkhusus yang berkaitan dengan peningkatan profesionalitas
kinerja guru, misalnya dengan mengikuti seminar-seminar pendidikan, KKG, MGMP,
browsing di internet dan sebagainya.
Dalam sesi pembelajaran, guru atau pembimbing kerap
berhadapan dengan pelajar yang berbeda dari segi kebolehan mereka. Hal ini
memerlukan kepakaran guru dalam menentukan strategi pengajaran dan
pembelajaran. Ini bermakna, guru boleh menentukan pendekatan, memilih kaedah
dan menetapkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan perkembangan dan
kebolehan pelajar. Strategi yang dipilih itu, selain berpotensi memeransangkan
pelajar belajar secara aktif, ia juga harus mampu membantu menganalisis konsep
atau idea dan berupaya menarik hati pelajar serta dapat menghasilkan
pembelajaran yang bermakna.
Perlunya guru menarik perhatian pelajar
dalam sesuatu pengajaran, aktivitas-aktivitas yang dipilih hendaklah yang
menarik dan mempunyai potensi yang tinggi untuk membolehkan isi pelajaran dan
konsep-konsep yang diterjemahkan secara jelas. Aktiviti harus boleh
mempengaruhi intelek, emosi dan minat pelajar secara berkesan.
Dalam merancang persediaan mengajar, aktivitas-aktivitas
yang dipilih perlu mempunyai urutan yang baik. Ia perlu diselaraskan dengan isi,
kemahiran dan objektif pengajaran. Lazimnya aktivitas yang dipilih itu adalah
gerak kerja yang mampu memberi pengaruh penuh terhadap perhatian, berupaya meningkatkan
kesan terhadap intelek, ingatan, emosi, minat dan kecenderungan serta mampu
membantu guru untuk menjelaskan pengajarannya.
Dalam merancang aktivitas mengajar yang
berkesan dan bermakna kepada para pelajar, guru haruslah memikirkan terlebih
dahulu tentang kaedah dan teknik yang akan digunakan. Pemilihan strategi secara
bijaksana mampu menjamin kelicinan serta keberkesanan penyampaian sesuatu
subjek atau modul.
Di antara kaedah dan teknik yang boleh
digunakan oleh guru ialah :
1)
Kaedah sumbang saran
2)
Kaedah tunjuk cara (demonstrasi)
3)
Simulasi atau kaedah pengajaran
kumpulan
4)
Kaedah perbincangan atau kaedah
penyelesaian masalah
5)
Kaedah oudioligual
6)
Kaedah kodkognetif
7)
Kaedah projek
Penggunaan
kaedah dan teknik yang benar akan menjadikan sesuatu pengajaran itu menarik dan
akan memberi ruang untuk membolehkan pelajar terlibat secara aktif dan giat
sepanjang sesi pengajaran tanpa merasa jemu dan bosan. Dalam pengajaran dan
pembelajaran, terdapat beberapa kaedah dan teknik yang berkesan boleh digunakan
oleh guru. Oleh yang demikian pemilihan terhap kaedah dan teknik pelulah
dilakukan secara berhati-hati supaya cara-cara ini tidak menghalangi guru untuk
melaksanakan proses pembentukan konsep-konsep secara mudah dan berkesan. Kaedah
projek yang diasaskan oleh John Deney misalnya, menggalakkan pelajar
mempelajari sesuatu melalui pengalaman, permerhatian dan percubaan. Pelajar
merasa seronok menjalankan ujikaji aktivitas lain yang dilakukan dalam situasi
sebenar dan bermakna. Biasanya kaedah ini memberi peluang kepada pelajar
menggunakan kemudahan alat-alat mereka untuk membuat pengamatan dan penanggapan
secara berkesan. Dari segi penggunaan teknik pula, guru boleh menggunakan apa
teknik saja yang difikirkan, seperti: ada teknik menerang, teknik mengkaji,
teknik penyelesaian mudah, teknik bercerita dan teknik perbincangan. Penggunaan
contoh-contoh adalah sebagai asas dalam pengajaran dan pembelajaran. Hal ini
kerana ia dapat melahirkan pemikiran yang jelas dan berkesan. Biasanya seorang
guru menerangkan idea-idea yang komplek kepada sekumpulan pelajar, guru itu
dikehendaki memberi contoh-contoh dan ilustrasi. Idea yang abstrak dan
konsep-konsep yang baru dan susah, lebih mudah difahami apabila guru
menggunakan contoh-contoh dengan ilustrasi yang mudah dan konkrit. Misalnya,
dalam bentuk lisan yaitu dengan mengemukakan analogi, bercerita, mengemukakan
metafora dan sebagainya. Contoh-contoh boleh juga ditunjukkan dalam bentuk
visual, lakaran, ilustrasi dan lain-lain.
Alasan
mengapa seorang guru harus menguasai teori-teori belajar:
1.
Teori belajar akan sangat membantu guru,
supaya memiliki kedewasaan dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari
muridnya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara
mengajarnya sendiri. Dengan demikian, tujuan mempelajari psikologi belajar
adalah:
2.
Untuk membantu para guru, agar menjadi
lebih bijaksana dalam usahanya membimbing murid dalam proses pertumbuhan
belajar.
3.
Agar para guru memiliki dasar-dasar yang
luas dalam hal mendidik, sehingga murid bisa bertambah baik dalam cara
belajamya.
4.
Agar para guru dapat menciptakan suatu
sistem pendidikan yang efisien dan efektif dengan jalan mempelajari,
menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan untuk kemudian
mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung, guna meningkatkan ke
arah yang lebih baik.
5.
Seorang guru dikatakan kompeten bila ia
memiliki khasanah cara penyampaian yang kaya, memiliki pula kriteria yang dapat
dipergunakan untuk memilih cara-cara yang tepat di dalam menyajikan pengalaman
belajar mengajar, sesuai dengan materi yang akan disampaiakan. Kesemuanya itu
hanya akan diperoleh jika guru menguasai teori-teori belajar.
Dan berikut ini adalah beberapa teori pembeljaran yang bisa kita
terapkan dalam pembelajaran di antaranya:
A.
Teori
Belajar Humanistik
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama
dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri
manusia autonomous. Dalam humanisme,
belajar adalah proses yang berpusat pada
pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang
fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya
adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam
lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakikatnya
setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal
untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka
setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan
berkembang mencapai aktualisasi diri.
B. Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori belajar
behavioristik menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons
adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat
dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Ciri-Ciri
Teori Behavioristik
1)
Mementingkan
faktor lingkungan
2)
Menekankan
pada faktor bagian
3)
Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif
4)
Sifatnya
mekanis
5)
Mementingkan
masa lalu
C.
Teori
Belajar Kognitif
Sebenarnya teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad
terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang
sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan
kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana sebuah informasi diproses.[1]
Peneliti yang mengembangkan
teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini,
masing-masing memiliki penekanan yang berbeda Bruner menitikberatkan pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.sedangkan Ausubel
menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar, Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui
proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel
beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel,
lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi,
diagram, dan ilustrasi.[2]
Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses
reflection in action. Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran,
karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola dan mengevaluasi
pembelajaran (Gagne, 1974). Ausubel (1968) mengatakan bahwa guru bertugas
mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan
tersebut menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu,
Kurikulum { KTSP } menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar
mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan menentukan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Menentukan karena gurulah yang memilah
dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu
faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi
ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik dan hasil
pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dicapai oleh setiap guru.
Menurut Snelbecker (1983 : 465), CDT (Center for the
Development of Teaching) merupakan model preskripsi pembelajaran yang paling
lengkap yang memperhitungkan teori pembelajaran behavioristik, teori
pembelajaran humanistik dan teori pembelajaran kognitif.
CDT juga memerhatikan fungsi kegiatan mental yang
berhubungan dengan proses belajar yang diadopsi dari pandangan neo-behaviorist,
agar tercapai suatu proses belajar (internal condition) diperlukan situasi
belajar (external condition) tertentu sesuai dengan unjuk kerja belajar. Asumsi
ini kemudian digunakan oleh CDT dalam penetapan tujuan belajar.
Konsep yang diajukan teori pembelajaran humanistik terhadap
individu siswa juga diadaptasi oleh CDT untuk mempreskripsikan cara
membelajarkan siswa. Menurut Rogers (1983) dalam melaksanakan tugasnya di
kelas, guru harus mampu memfasilitasi tumbuhnya kemamuan belajar siswa melalui
motivasi. Begitu pula Maslow (1971), sebagai seorang tokoh psikologi
humanistik, menentukan perlunya pemberian motivasi bagi tumbuhnya semangat
belajar siswa. Pendapat dan prinsip-prinsip pemberian motivasi dari dua tokoh
psikologi humanistik ini digunakan oleh CDT dalam merancang strategi penyajian Keungulan
CDT secara teoretis juga dibuktikan lewat berbagai penelitian. Hasil-hasil
penelitian Merrill dan Tennyson (1982), Suhardjono (1990), dan Tugur (1991),
semuanya menunjukkan bahwa CDT memiliki keunggulan dalam meningkatkan perolehan
belajar pada performansi mengingat, menggunakan, dan mengembangkan, baik untuk
tipe isi pelajaran yang berupa fakta, konsep, prosedur, maupun prinsip.
Asumsi Umum Tentang Teori Belajar Kognitif
Asumsi
|
Penjelasan
|
Pembelajaran
sekarang berasal dari proses Pembelajaran sebelumnya
|
Siswa
memiliki latar belakang dan motivasi yang berbeda sehingga mereka
mengkonstruksi satu hal yang sama secara berbeda.
|
Pembelajaran
melibatkan proses informasi
|
Ini
merupakan proses aktif yang mengacu pada pengetahuan siswa
|
Pemaknaan
hubungan
|
Pemaknaan
dikonstruksi dari pengalaman yang merupakan refleksi hubungan antara proses
pembelajaran sebelumnya dengan yang baru.
|
Kegiatan
belajar mengajar menekankan pada hubungan dan strategi
|
Penekananya
pada kebermaknaan yang tujuanya membantu siswa belajar bagaimana cara
belajar.
|
D. Teori
Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih
paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka
akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu
siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
Ciri-ciri
teori Konstruktivisme
a)
Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri.
b)
Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
c)
Murid
aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah
d)
Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaanSelain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan
dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi
harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya. Aplikasi dan
Implikasi dalam Pembelajaran.
Setiap guru akan atau pernah mengalami bahwa suatu materi
telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum
mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan
baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha
keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik
pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para
siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga
pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan
ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan
mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model
mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang
dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri
untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya
“menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan
pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu
perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi
yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan
cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator,
dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan
pada diri peserta didik. Kelebihan dan Kekurangan Konstruktivisme.
A.
Kelebihan
Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan
membuat keputusan. Faham kerana murid terlibat secara langsung dalam mebinaan
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam
semua situasi. Selian itu murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep.
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan
dan guru dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa
belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya; Membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap;
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
B.
Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa
kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang
lainnya.
Dalam hal ini kami akan mencoba mengkombinasikan
semua teori-teori diatas dengan metode-metode pembelajaran yang efektif melalui
outbound.
Adapun Metode yang bisa kita gunakan dalam
pembelajaran bahasa inggris (ketika dalam program outbound) mulai dari metode
untuk tingkat pemula sampai tingkat pengembngan akan kami uraikan senagai
berikut.
A. Metode
Untuk Tngkat Pemula
1)
Metode
Praktek Pola-pola Kalimat (Pattern-Practice Method)
Penerapan terpenting metode ini ialah dengan melatih
murid-murid secara praktek langsung mengucapkan pola-pola kalimat yang sudah
tersusun baik oleh guru/pembimbing.
Jadi pola-pola kalimat yang mengandung arti, telah lebih dulu
disediakan atau disusun secara serasi dari yang mudah, secara berangsung-angsur
sampai sulit; dan bahan perbendaharaan kata-kata yang sederhana sampai yang
rumit. Murid-murid memang harus aktif mengucapkan, melakukan sampai menjadi
kebiasaan, sehingga menghayati pola-pola kalimat tersebut sampai membudaya.
Semestinya guru itu adalah seorang Bilingual (yang mengusai
dua bahasa atau lebih sampai dihayati), yakni bahasa asing yang diajarkan dan
bahasa Indonesia, dengan kemampuan yang sebenar-benarnya. Pertama-tama guru
membanding-bandingkan kedua bahasa, misalnya bahasa Arab dengan bahasa
Indonesia, tentang kata-kata yang sama, cara-cara pengucapan sistem tata
bahasa, arti, bunyi dan seterusnya dan memberi penjelasan-penjelasan. Dari
bahasa dwi-bahasa (bilingual) diuraikan dan dipilih pola-pola kalimat dengan bunyi-bunyi
tertentu untuk mater drill atau bahan-bahan latihan yang intensif.
Susunlah pola-pola kalimat yang baik, dan ditambah terus
perbendaharaan kata-kata, sehingga menggarkan sesuatu situasi atau cerita.
Latihlah secara berulang-ulang dan sampai setiap siswa mendapat giliran. Para
siswa dilatih mengucapkan pola-pola kalimat sampai benar-benar memahami dan
menghayati arti/maksudnya serta hafal-lancar tanpa berpikir-pikir menyusun
kalimat sendiri.
Setelah itu murid-murid perlu dilatih pula Listening untuk
mencapai kepekaan pendengaran (Listening, dll[3]).
Seterusnya latihan-latihan speaking (speaking drill) untuk
kelancaran berbicara, reading drill untuk mencapai bacaan-bacaan yang betul,
dan Writing Drill yakni latihan-latihan menulis secara benar, menghindarkan
salah-salah di dalam menulis ejaan atau huruf. Latihan-latihan listening,
speaking, reading and writing ini amat diperlukan mengiringi pada hampir semua
macam metode mengajar bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan Arab.
Metode ini seperti yang dipraktekkan pada buku-buku pelajaran
bahasa Inggris antara lain English 900, English 901 dan sebagainya dan dianggap
sebagai yang paling sesuai dengan alamiah pengajaran bahasa asing.
2)
Composing method
Adalah sebuah metode yang berfungsi untuk mengasah kemampuan
mengingat kosakata yang telah mereka hafalkan serta membantu mereka dalam
mengingat gramatikal yang pernah mereka pelajari dengan cara mengarang. Bukan
hanya itu saja metode ini juga membantu daya ingat, konsentrasi dan imajinasi
anak.
Dalam metode ini anak atau siswa diajak untuk jalan-jalan
atau belajar disekitar kelas atau sekolah (seperti ketika mereka mengikuti
outbound) sehingga siswa bisa mendapatkan suasana baru yang semakin membuat
mereka bersemangat dalam belajar hususnya bahasa inggris sehingga mereka tidak
lagi jenuh dan bosan dengan pelajaran. Dan ketika mereka berada di luar kelas,
mereka akan diberi tugas untuk mengarang hal-hal yang ada disekeliling mereka
tentunya menggunakan bahasa inggris, seperti: tumbuhan sampah dan lain sebagainya.
Dan secara tidak langsung ketika anak diberi tugas untuk mengarang mereka akan
menggunakan otak mereka untuk mengingat kosakata dan gramatikal yang pernah
mereka pelajari, sehingga kemampuan anak atau siswa khususnya daya ingat, konsentrasi dan imajinasi
mereka akan terasah dan terlatih.
3)
Metode
Percakapan (Conversation Method)
Yaitu mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa
Arab atau bahasa-bahasa lainnya yang cara langsung mengajak murid-murid
bercakap-cakap/berbicara di dalam bahasa asing yang sedang diajarkan ini.
Tentunya dimulai dengan kata-kata atau kalimat-kalimat atau ungkapan-ungkapan
yang biasa berlaku pada kegiatan-kegiatan sehari-hari, seperti : Good Morning,
How are you? What are you doing? Can you speak English? Dan sebagainya; atau
kalimat-kalimat, percakapan di dalam kelas di sekitar sekolah, dirumah di
kantor dan sebagainya; semakin lama semakin meluas dan beragam.
Yang namanya berbahasa itu ialah berbicara (sebagai fungsi
pokok bahasa); peran kedua barulah membaca/memahami tulisan atau buku.
Jadi fungsi utama belajar bahasa asing itu ialah kemampuan
berbahasa aktif, berkomunikasi lisan atau bercakap-cakap. Itulah tujuan utama
atau target pokok mempelajari bahasa asing, disusul dengan kemampuan membaca
dan memahami atau penguasaan pasif.
Oleh karena itu, metode utama dan pertama di dalam kegiatan
belajar mengajar bahasa asing itu semestinya adalah Metode Percakapan
(Conversation Method). Metode ini disejalankan dengan Direct Method dan Natural
Method, yang pelaksanaanya dengan menerapkan fungsi dan prinsip-prinsip
ketentuan dari tiap-tiap metode ini.
Di negara-negara maju seperti AS dan Eropa, orang menerapkan
ketiga methode ini sebagai praktek utama ditambah lagi dengan alat peraga/audio
visual aids yang mencukupi dan serasi sehingga dalam waktu satu semester telah
mampu mengunjungi negara dari bahasa bangsa yang dipelajari, belajar dan
praktek selama 1 tahun telah langsung mampu menulis disertai di dalam bahasa
asing tersebut.
Jadi disamping metodenya yang serasi, medianya dan buku-buku
yang lengkap, gurunya punya kepabelitas tinggi, muridnya pun perlu
bersungguh-sungguh belajar serta cerdas. Tanpa keempat syarat tersebut
terpenuhi maka orang bertahun-tahun bahkan belasan tahun belajar bahasa asing.
4)
Guessing/conecting words method (menebak/menyambung
kata)
Adalah metode permainan menyambung kata
yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bahasa inggris.
Metode ini digunakan untuk mengasah kemampuan otak dan ingatan anak terhadap
kosakata-kosakata yang telah mereka hafalkan.
Metode ini berfungsi untuk meningkatkan semangat anak untuk
belajar bahasa inggris serta berfungsi untuk meningkatkan kemampuan anak
khususnya dalam kepekaan, kekuatan mengingat dan kerespekan anak dalam menebak/menyebutkan
kata tersebut.
Untuk menerapkan metode ini sanagt mudah yang perlu kita
lakukan adalah:
1. Menyuruh
anak untuk membentuk bangku yang biasanya berbentuk barisan lurus, agar dirubah
menjadi barusan berbentuk huruf U. agar semua anak bisa melihat satu sama lain.
2. Beriakan
peratuaran/aturan mainnya. Dan aturan mainya adalah:
a) Tidak
boleh menyebutkan kata yang telah disebut sebelumnya.
b) Batas
waktu untuk menjawab 5-6 detik.
c) Yang
tidak bisa menjawab dalam 5-6 detik akan diberihukuman berupa “menyanyi lagu
bahasa inggris” sambil menghibur teman-temannya.
Metode ini dangat mudah diperaktekan dan diterapkan karena
aturannya sangat sederhana. Ketika kita sudah menyebutkan dan member arahan
untuk peraturan dari permainan ini. Sekarang tinggal kita realisasikan, caranya
Sang guru memberikan satu kata apa saja yang guru mau.
Misalnya “BOOK” maka kata ini kita
berikan pada siswa yang ada di barisan ujung, yang telah kita bentuk barisannya
menyerupai huruf U. kemudian tugas anak
yang telah menerima kata itu pertama kali, harus menyebutkan satu kata tapi
dengan syarat huruf awalnya harus sama dengan huruf ahir yang disebutkan oleh
guru tadi.
Misalnya tadi guru menyebut kata “BOOK” karena huruf ahir dari kata BOOK adalah huruf K maka
anak yang tadi harus mencari/menyebutkan satu kata yang berawalan K contoh KING dan anak berikutnya juga harus menyebutkan/ mencari kata yang
berawalan huruf G karena huruf ahir kata KING adalah G, dan begitu seterusnya. Tapi dalam hal ini para siswa diberi
batasan waktu 5-6 detik untuk menjawab/menyebutkan kata sesuai dengan syarat
atau ketentuan sekaligus untuk menguji kekuatan ingatan mereka.
5)
Metode
Membaca (Reading Method)
Metode membaca (Reading Method) yaitu menyajikan materi
pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula
membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa anak didik. Tapi
kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung anak didik untuk membacakan
pelajaran tertentu lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan
mengikutinya.
Teknik metode membaca (Reading Method) ini dapat dilakukan
dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh
memperhatikan/ mendengarkan bacaan-bacaan gurunya dengan baik, setelah itu guru
menunjuk salah satu di antara siswa untuk membacakannya, dengan jalan berganti-ganti
(bergiliran).
Setelah masing-masing siswa mendapat giliran membaca, maka
guru mengulangi bacaan itu sekali lagi dengan diikuti oleh semua siswa hal ini
terutama pada tingkat-tingkat pertama; lalu kemudian guru mencatatkan kata-kata
sulit atau baru yang belum diketahui siswa di papan tulis untuk dicatat di buku
catatan untuk memperkaya perbendaharaan kata-kata dan begitulah selanjutnya,
hingga selesai topik-topik yang telah ditetapkan/ditentukan.
Dengan reading Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami
bacaan-bacaan berbahasa asing dengan fasih dan benar. Siswa dapat menggunakan
intonasi bacaan bahasa asing sesuai dengan kaidah membaca yang benar. Tentu
saja dengan pelajaranmembaca tersebut siswa diharapkan mampu pula menerjemahkan
kata-kata atau memahami kalimat-kalimat bahasa asing yang diajarkan, dengan
demikian pengetahuan dan penguasaan bahasa anak menjadi utuh.
6)
Describing Things Method
Metode ini adalah metode yang insyaallah mampu untuk
mengasah imajinasi, kepekaan otak, kemampuan speaking dan kekreatifan dalam
berfikir dan mengolah kata yang dimiliki oleh siswa dengan cara menggambarkan
suatu benda oleh satu siswa kepada siswa atau teman-teman lainnya agar
teman-temannya bisa menebak benda yang sedang digambarkan oleh seorang siswa
tersebut.
Dan untuk membuat metode ini semakin membuat anak
bersemangat alangkah baiknya jika kita merealisasikan metode ini dalam bentuk
lomba dengan membentuk grup-grup kecil, sehingga semangat anak akan bertambah.
karena ketika mereka bertanding untuk memperjuangkan grup mereka masing-msing
secara tidak langsung akan membangkitkan semangat dan kegigihan siswa untuk
membuat grup mereka untuk menjadi Pemenang. Dan disaat itulah merka akan
mengeluarkan semua potensi yang ada dalam diri mereka. Dan disaat itu pula kita
akan mengetahui dan menemukan potensi mereka yang terpendam. Dan ketika lomaba
describing berlangsung, tanpa sadar mereka akan bersemangat dan berfiqir keras
untuk menemukan jalan atau ide agar grup mereka bisa menang.
Dan tanpa mereka sadari mereka telah belajar dengan penuh
semangat dan menikmati pelajaran bahsa inggris dengan gembira. selain itu
metode discribing ini juga bisa melatih mental siswa agar menjadi mental yang
kuat dan berani.
7) Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya
digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang
telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif
siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran
dari metode Drill.
1. Latihan, wajar digunakan untuk
hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan
lain-lain.
2. Untuk melatih kecakapan mental,
misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
3. Untuk melatih hubungan, tanggapan,
seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan
metode Drill.
1. Siswa harus diberi pengertian yang
mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya
hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan
perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama asal sering
dilaksanakan.
4. Harus disesuaikan dengan taraf
kemampuan siswa.
5. Proseslatihan hendaknya mendahulukan
hal-hal yang essensial dan berguna.
Disamping itu kita juga bisa menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah
strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa
dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim
bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga
untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi
bersama-sama.
Pembelajaran kooperatif di desain sebagai pola pembelajaran
yang dibangun oleh lima elemen penting sebagai prasyarat, sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan secara
positif (Positive Interdependence). Bahwasanya setiap
anggota tim saling membutuhkan untuk sukses.
2) Interaksi langsung (Face-to-Face
Interaction). Memberikan kesempatan kepada siswa secara individual untuk
saling membantu dalam memecahkan masalah, memberikan umpan balik yang
diperlukan antar anggota untuk semua individu, dan mewujudkan rasa hormat,
perhatian, dan dorongan di antara individu-individu sehinga mereka termotivasi
untuk terus bekerja pada tugas yang dihadapi.
3) Tanggung jawab individu dan
kelompok (Individual & Group Accountability). Bahwasanya tujuan
belajar bersama adalah untuk menguatkan kemampuan akademis siswa, sehingga
kontribusi siswa harus adil.
4) Keterampilan interpersonal dan
kelompok kecil (Interpersonal & small-Group Skills). Asumsi
bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan, menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi
secara efektif, dan dapat dipercaya tidak selalu benar.. Keterampilan sosial
harus mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan,
komunikasi, keterampilan manajemen konflik.
5) Proses kerja kelompok (group
processing). Proses kerja kelompok memberikan umpan balik kepada anggota
kelompok tentang partisipasi mereka, memberikan kesempatan untuk meningkatkan
keterampilan pembelajaran kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan
hubungan kerja yang baik antara anggota, dan menyediakan sarana untuk merayakan
keberhasilan kelompok.
Metode dalam pembelajaran kooperatif:
1. Metode Student
Achievement Divisions (STAD)
2. Metode Jigsaw
3. Metode Group
Investigation (GI)
4. Metode
Struktural
v
Metode untuk tingkat pengembangan
8) Metode Alami (Natural Method)
Metode alami (Natural Method) disebut demikian karena dalam
proses belajar, siswa dibawa ke alam seperti halnya pelajaran bahasa ibu
sendiri.
Dalam pelaksanaannya metode ini tidak jauh berbeda dengan
metode langsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam
bahasa asing menggunakan kosakata yang sangat dasar atau mudah tanpa
diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal-hal tertentu di mana kamus dan
bahasa anak didik dapat digunakan.
b) Ciri Metode Natural ini antara lain :
Urutan pelajaran mula-mula diberikan melalui
menyimak/mendengarkan (listening) baru kemudian percakapan (speaking), membaca
(reading) menulis atau (writing) terahir baru gramatikal.
Pelajaran disajikan mula-mula memperkenalkan kata-kata yang
sederhana yang telah diketahui oleh anak didik, kemudian memperkenalkan
benda-benda mulai dari benda-benda yang ada di dalam kelas, dirumah dan luar
kelas, bahkan mengenal luar negeri atau negara-negara asing terutama Timur
Tengah.
Alat peraga dan kamus yang dapat digunakan sewaktu-waktu
sangat diperlukan, misalnya untuk menjelaskan dan mengartikan kata-kata sulit
dalam bahasa asing, dan memperbanyak perbendaharaan kata-kata atau memperkaya
Vocabulary sebagai syarat utama menguasai bahasa asing.
Oleh karena kemampuan dan kelancaran membaca dan
bercakap-cakap sangat diutamakan dalam metode ini maka pelajaran gramatikal
(tata bahasa) kurang diperhatikan.
c) Kebaikan metode ini antara lain :
Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena
setiap individu siswa dibawa ke dalam suasana lingkungan sesungguhnya untuk
aktif mendnegarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa asing.
Pengajaran membaca dan bercakap-cakap dalam bahasa asing
sangat diutamakan, sedangkan pelajaran gramatika diajarkan sewaktu-waktu saja.
Pengajaran menjadi bermakna dan mudah diserap oleh siswa,
karena setiap kata dan kalimat yang diajarkan memiliki konteks (hubungan)
dengan dunia (kehidupan sehari-hari) siswa/anak didik.
d) Segi kekurangan metode ini antara lain:
Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal
dasar bahasa asing terutama pada pada tingkat-tingkat pemula, sehingga
penggunaan/ pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari. Dengan demikian
tujuan semua dari metode ini untuk membaca dan bercakap-cakap selalu dalam bahasa
asing sulit diterapkan secara murni, tapi harus diterapkan secara konsekuen.
Pada umumnya anak didik dan guru bersikap tradisional
mengutamakan gramatika lebih dahulu daripada membaca dan percakapan sesuatu hal
yang salah secara alamiah yang amat perlu diubah.
Pada umumnya pengajaran bahasa asing di sekolah-sekolah kita
sangat terasa kekurangan macam-macam media/alat peraga yang diperlukan; yang
sayangnya para guru harus aktif membuatnya. Guru yang kurang memiliki kemampuan
dan pengalaman praktis dalam berbahasa asing merupakan faktor sulitnya
diterapkan dan berhasil secara baik metode tersebut. Guru haruslah seorang yang
aktif berbicara di dalam bahasa asing tersebut, barulah murid-muridnya akan
mampu pula aktif di dalam belajar (praktek) bahasa.
9)
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga berfokus pada keaktifan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan
materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional.
Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan
mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta didik untuk
mempelajari teori melalui praktek. Peserta didik bukan hanya perlu mencari
konklusi tetapi juga perlu menganalisis data.
Dengan menggunakan pendekatan PBM ini, siswa akan bekerja
secara kooperatif dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya dan
yang paling penting membina kemahiran untuk menjadi siswa yang belajar secara
sendiri (Hamizer, dkk, 2003).
Siswa akan membina kemampuan berpikir secara kritis secara
kontinu berkaitan dengan ide yang dihasilkan serta yang akan dilakukan. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges (1992) dan Charlin (1998)
telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut:
1) Pembelajaran berpusat dengan
masalah.
2) Masalah yang digunakan merupakan
masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja
profesional mereka di masa depan.
3) Pengetahuan yang diharapkan dicapai
oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
4) Para siswa bertanggung jawab
terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5) Siswa aktif dengan proses bersama.
6) Pengetahuan menyokong pengetahuan
yang baru.
7) Pengetahuan diperoleh dalam konteks
yang bermakna.
8) Siswa berpeluang untuk meningkatkan
serta mengorganisasikan pengetahuan.
9) Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan
dalam kelompok kecil.
Jadi dari penjelasan dan metode-metode yang sudah dipaparkan
diatas kita bisa dengan mudah membuat anak didik kita lebih bersemangat, aktif,
tidak jenuh, enjoy dan lebih kreatif khususnya dalam bahasa inggris.
Dan untuk membuat anak didik lebih semangat , Hal atau
tindakan yang paling ampuh yang bisa dilakukan oleh guru yaitu, memberikan skor
pada anak didiknya karena kita sebagai guru atau pembimbing merupakan factor
yang paling berarti dan paling berpengaruh dalam kesuksesan siswa sebagai
pelajar. Dr. Georgi Lozanov menyatakan bahwa tindakan yang paling ampuh yang
dapat kita lakukan untuk siswa adalah memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar.[4]
Keteladanan, ketulusan, konguensi, dan kesipsiangan anda akan memberdayakan dan
mengilhami siswa untuk membebaskan potensi yang dimiliki mereka sebagai
pelajar.
Dari
metode-metode diatas kita bisa memilih metode apa yang ingin kita terapkan
dalam forum atau pembelajaran yang kita pimpin. Dan bahkan kita bisa
menerapakan semua metode-metode diatas secara bergantian agar anak didik kita
tidak jenuh dengan satu metode yang sudah sering kita pakai.
2.2. Penelitian Terdahulu Yang
Relefan
Metode pembelajaran bahasa inggris yang kami terapkan dalam
outbound sebenarnya untuk mencapai dan mewujudkan PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam bahasa inggris, sehingga anak atau siswa tidak lagi
jenuh dan bosan dalam pelajaran bahasa
inggris serta lebih bersemangat dalam proses pembelajaran karena ketika siswa
aktif dan enjoy dalam peljaran, siswa tersebut akan bersemangat dan bahkan dari
saking semangatnya dalam belajar, terkadang siswa sampai lupa dengan batas
waktu pelajaran, mereka tidak sadar bahwa jam pelajaran sudah habis. Dan disini
kami mengutip dari SKRIPSI kakak
angkat kami yaitu:
Nama: Farida judul
skripsi: Pengaruh Pakem Terhadap Keberhasilan Belajar Mata Pelajaran Fiqih
Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyyah Al-Azhar Kecammatan pegantenan Kabupaten pamekasan.
jurusan tarbiyah, program studi
pendidikan pendidikan anak usia dini (PAUD) tahun 2012. Rumusan masalah,
Apa yang dimaksud pakem? Bagaimana proses dan cara penerapannya? Bagaimana
pengaruh pakem terhadap kemampuan anak dalam pelajaran fiqih?
Adapun hasil penelitian kakak angkat kami sama dengan
penelitian yang kami lakukan Cuma bedanya kalau kami menggabungkannya dengan
outbound sementara kakak kami tidak. Akan tetapi tujuan dari kami sama yaitu
untuk menciptakan pembelajaran yang akatif, kreatif dan menyenangkan sehingga
anak-anak kembali bersemngat untuk belajar.
Berikut
ini adalah Konsep dan Prinsip Pembelajaran PAKEM
Seperti yang telah kita ketahui PAKEM adalah
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa
yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Banyak guru yang sudah merasa puas
bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika
bangku dan meja (tempat/posisi) diatur berkelompok serta siswa duduk saling
ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif
mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan
gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak
takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.
Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut,
baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa
takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
Jadi
dalam pembelajaran bahasa inggris melelui outbound, sebenarnya bertujuan untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dan
bersemangat dalam pelajaran bahasa inggris. Karena ketika anak didik bersemangat
dan merasa senang dengan pelajaran, otak siswa akan lebih mudah berinteraksi dan
peka dengan sekeliling sehingga siswa akan lebih imajinatif dan kereatif dalam
berfikir dan belajar.
Ketika guru/pembimbing mampu membuat
siswa senang, relex dan menikmati pelajaran (perasaan siswa senang), maka hal tersebut akan membuat/memicu siswa
berfiqir secara optimal.
2.3. Analisis Data
Ketika kami terjun kelapangan dan menerapkan metode
pembelajaran melalui outbound, terbukti anak-anak sangat senang dan semangat
untuk belajar.
Tapi kami manta maaf karena keterbatasan waktu kami tidak
bisa mengapplikasikan semua metode yang kami cantumkan dalam makalah.
A.
Penerapan
Metode Praktek Pola-pola kalimat pada siswa
Metode
dasar ini cocok untuk dijadikan langkah awal dalam pembelajaran bahasa inggris.
Penerapan terpenting metode ini ialah dengan melatih murid-murid secara praktek
langsung mengucapkan pola-pola kalimat yang sudah tersusun baik oleh seorang
guru/pembimbing.
Dan
ketika kami menerapkan metode ini terbukti bahwa metode ini efektif untuk siswa
pemula yang belajar bahasa inggris. Karena ketika kami menerapkan metode ini
siswa yang asalnya merasa sulit dengan bahasa inggris perlahan-lahan mereka
akan mengerti bahwa bahasa inggris tidak sesulit yang mereka bayangkan.
karena
ketika pelajaran berlangsung menggunakan metode
Praktek Pola-pola kalimat ini, mereka akan belajar cara berbicara dan cara
mengucapkan lafad/kata-kata bahasa inggris. Pola-pola kalimat yang telah
diberikan oleh guru pada murit akan dibaca oleh guru dengan baik, kemudian
siswa-siswi disuruh untuk mengikuti bacaan dari guru/pembimbing. Setelah guru
mengulang dan di ikuti oleh siswa dan guru sudah merasa anak didiknya sudah
paham dengan pola-pola kalimat tersebut, maka guru akan menyuruh siswa
satu-persatu membaca kembali kalimat-kalimat tadi. Dan disinilah siswa akan
bersemangat dan merasa senang dengan pelajaran Karena ketika salah satu siswa
disuruh untuk membaca pasti akan ada hal yang menggelikan/lucu dalam cara baca
mereka, baik berupa kekeliruan cara baca atau yang lainnya seperti pronounsesen,
intonasi dan lain sebagainya, sehingga dengan sendirinya akan membuat suasana
lebih asik dan tidak tegang. Dan factor pendukung lainnya adalah pembelajaran
yang dilakukan diluar kelas (outbound) karena ketika mereka diajak keluar kelas
mereka akan mendapatkan suasana baru yang lebih segar dan penuh dengan sensasi
baru.
Dan
untuk lebih membuat siswa lebih bersemangat, alangkah baiknya kita memberikan
appresiasi bagi siswa yang mampu membaca kalimat-kalimat dengan baik. Karena
dengan adanya pemberian nilai pada siswa, siswa yang belum mendapat giliran
akan berusaha untuk menyempurnakan cara baca kalimat-kalimat tersebut, dan
dengan tanpa disadari mereka sudah belajar dengan giat dan bersemangat.
Setelah
pembelajaran ini kita lanjudkan pembelajaran menggunakan metode diskraibing
(menggambarkan sesuatu)
B.
Penerapan
composing method dalam bahasa inggris pada siswa disekolah
Kita
mungkin sudah tahu tentang Composing
Method. Tapi disi kami akan mengulas sedikit. Composing Method adalah sebuah metode yang berfungsi untuk mengasah
kemampuan mengingat kosakata yang telah mereka hafalkan serta membantu mereka
dalam mengingat gramatikal yang pernah mereka pelajari dengan cara mengarang.
Ketika
kami menerapkan metode ini dalam outbound Nampak bahwa metode ini sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa seperti: daya
ingat (pada vocab-vocab yang telah mereka hafalkan), berbicara dan mengingat
pelajaran grammar yang telah mereka pelajari. Karena ketika siswa/anak didik
disuruh untuk mengarang sesuatu menggunakan bahasa inggris secara tidak
langsung mereka akan membutuhkan kosakata dan cara menyusun kata per-kata
menjadi kalimat. Dan ketika mereka sadar akan hal itu mereka akan mencoba
bertanya pada teman, guru dan bahkan membuka kamus atau vocab yang mereka punya.
Dan disaat itulah mereka akan memperoleh kosakata baru yang akan sulit mereka
lupakan. karena ketika mereka mendapatkan kosa kata baru dengan melalui
mengarang, mereka tidak akan cepat lupa dengan kosakata yang telah mereka
dapatkan, karena ketika mereka ingin mendapatkan kosakata itu mereka akan
mengingat/ membaca kata tersebut berulang-ulang. Seperti “apa ya bahsa
inggrisnya lingkungan?” maka disaat itu
mereka akan selalu berfiqir/atau mengatakan kata “lingkungan” secara berulang-ulang,
dan pada ahirnya kata itu akan mendarah daging dalam hati dan fiqirannya. Dan
ketika mereka mengetahui bahasa inggrisnya lingkungan adalah “environment”
mereka akan terus mengingat dan mengucapkan environment berkali-kali
dan akan terus melekat dalam fiqiran mereka.
Dan
untuk merealisasikan metode ini yang perlu kita lakukan adalah:
1. Suruh
siswa membawa kamus kecil/besar
2. Bentuklah
siswa sebagai partner
3. Suruh
siswa untuk mengarang sesuatu yang ada disekeliling mereka misalnya:
lingkungan, sampah, kebun, tanaman atau sungai(berikan tema tapi temanya bebas).
4. Suruh
mereka berpencar untuk mencari bahan/hal yang akan mereka karang, tapi jangn
terlalu jauh dari tempat asal.
Ketika
penugasan ini sudah dilakukan maka disitulah kita bisa melihat seperti apa
kemampuan siswa kita yang sebenarnya, serta kita bisa meliahat seperti apa
keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Dan disaat itu pulalah kita akan
melihat senyum dan canda anak didik kita ketika dilapangan dan mengerjakan
tugas. Tapi walaupun kelihatanya mereka senyum-senyum dan bercanda bukan
berarti mereka tidak serius karena terkadang keseriusan seseorang tidak bias
dilihat dari satu sisi saja. Dan untuk membuktikan bahwa mereka serius dalam
mengerjakan tugas, kita bisa melihat hasil karangan mereka ketika dikumpulkan.
C.
Penerapan Metode
Percakapan (Conversation Method) pada siswa disekolah
adalah
mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab atau bahasa-bahasa
lainnya yang cara langsung mengajak murid-murid bercakap-cakap/berbicara di
dalam bahasa asing yang sedang diajarkan ini. Tentunya dimulai dengan kata-kata
atau kalimat-kalimat atau ungkapan-ungkapan yang biasa berlaku pada
kegiatan-kegiatan sehari-hari, seperti : Good Morning, How are you? What are
you doing? Can you speak English? Dan sebagainya.
Metode
ini sangat efektif untuk anak didik yang punya tingkat pemula maupun pengembangan.
Karena metode ini mengajarkan anak didik untuk mengetahui cara baca, dan mengucapkan
sebuah kalimat.
Ketika
kami menerapkan terbukti anak-anak antusias untuk mengikuti pelajaran bahasa
inggris melalui metode ini karena mereka merasa mempunyai pandangan baru bahasa
inggris. Karena ketika pelajaran ini berlangsung, kami sambil memberikan arahan
dan pandangan baru yang lebih mudah dalam belajar bahasa inggris.
Disini
kami membuktikan bahwasanya bahasa inggris itu tidak seperti yang mereka
fiqirkan, contohnya ketika mereka mengatakan bahwa cara baca bahasa inggris itu
sangat sulit, kemudian ketika kami memberikan pemahaman dan cara membaca serta
contoh-contohnya, mereka mulai mengerti bahwa bahasa inggris tidak sesulit yang
mereka bayangkan. Contohnya BOOK kami bilang pada mereka bahwa kalau ada dua “O” bergabung maka harus dibaca “U” maka BOOK=BUK dan LOOK=LUK.
Jadi
kalau sekang kita melihat anak didik kita setelah kita memberi metode
pembelajaran yang mudah, efectif dan menyenangkan, seperti metode guessing
words, describing things, dll. mungkin sudah mulai berbeda dari pada hari-hari sebelumnya,
mulai dari semngat, minat dan kemampuan mereka dalam bahasa inggris. Dan itu
semua karena metode dan penerapannya yang tepat.
D.
Penerapan guessing/conecting
words method pada siswa/disekolah
Seperti yang telah kita ketahui bahwa metode ini Adalah metode
permainan menyambung kata yang sangat efektif untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam bahasa inggris. Metode ini digunakan untuk mengasah
kemampuan otak dan ingatan anak terhadap kosakata-kosakata yang telah mereka
hafalkan.
Metode ini berfungsi untuk meningkatkan semangat anak untuk
belajar bahasa inggris serta berfungsi untuk meningkatkan kemampuan anak
khususnya dalam kepekaan, kekuatan mengingat dan kerespekan anak dalam
menebak/menyebutkan kata tersebut.
Dan ketika kami menerapkan metode ini sungguh luar biasa
hasil yang kami dapatkan. Semangat anak/siswa sangat bagus mereka sangat
antusias untuk mengikuti pelajaran bahasa inggris dengan menggunakan metode
ini. Karena metode ini sanagt mudah, efektif, menyenangkan dan tidak
memberatkan serta tidak membuat anak tertekan/down. Apa lagi ketika pelajaran
menggunakan metode ini dan dipadukan dengan outbound, di terapkan banyak
anak-anak bilang “kenapa kita tidak belajar bahasa inggris seperti ini dari
dulu?” dan mendengar kata tersebut kami tahu bahwa mereka sangat menikmati dan
senang belajar bahasa inggris menggunakan cara seperti ini.
Karena bukanhanya anak/siswa saja yang merasa semangat
seakan-akan semangat mereka masuk kedalam diri kami sehingga membuat kami lebih
bersemangat untuk mendidik mereka agar menjadi anak yang berprestasi dan
berguna bagi bangsa dan Negara.
Bukan itu saja kegembiraan dan kesemangatan mulai meningkat
ketika mereka bisa menjawab/menyebutkan kata dengan tepat sehingga mereka lolos
dari hukuman. Bahkan dari saking bahagianya mereka sampai melompat-lompat kegirangan.
Tapi bukan hanya itu saja ada juga yang karena saking dekdekannya karena
mendapatkan soal secara tiba-tiba, mereka tidak bisa berkata apa-apa seperti
bayi. Tapi anehnya walaupun mereka mengaku dekdekan, mereka masih bisa tertawa
gembira. Dengan kata lain mereka gemetar, dekdekan, bingung tapi sambil
tertawa/senyum. Menurut kami ini adalah reaksi baru yang tidak bisa kami
simpulkan.
Tapi ternyata ketika pelajaran selesai dan kami bertanya pada
mereka mereka mengaku sanagat puas dengan pelajaran bahasa inggris hari ini.
Dan mereka juga berkata “kapan kakak mau mengajar lagi ke sekolah ini?”
Dan dari perkataan/pertanyaan tersebut bisa kita simpukan
bahwa kesemangtan dan minat mereka untuk belajar bahsa inggris sudah kembali
bahkan sudah meningkat.
E. Penerapan
discribing things method pada siswa/disekolah
Seperti yang telah kami uraikan
diatas Describing Things Method merupakan
metode yang insyaallah mampu untuk
mengasah imajinasi, kepekaan otak, kemampuan speaking dan kekreatifan dalam
berfikir dan mengolah kata yang dimiliki oleh siswa dengan cara menggambarkan
suatu benda oleh satu siswa kepada siswa atau teman-teman lainnya agar
teman-temannya bisa menebak benda yang sedang digambarkan oleh seorang siswa
tersebut.
Metode ini bisa dipakai dalam kelas
atau dimana saja tapi ketika dalam pelajaran khususnya bahasa inggris. Metode
ini akan lebih efektif jika digunakan dalam outbound (luar kelas) dalam bentuk
kompetisi. Disamping itu guru/pembimbing menyiapkan kartu yang telah diberi
satu kata didalamnya seperti “gunung, kelinci, ular, dan yang lainnya.
Untuk melaksanakannya, Pertama kita
bentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5-9 anak. Kemuadian
masing-masing anak dimasukan ke dalam kelompoknya masing-masing. Setelah itu
semua kelompok dikumpulkan untuk menjadi lingkaran besar, setiap kelompok
memiliki ketua yang nantinya ketua akan menggambarkan sebuah benda pada kelompoknya
dan disaksikan oleh kelompok- kelompok lain. Dan diahir kompetisi ini soal akan
digambarkan langsung oleh guru sendiri dimana sistemnya “siapa cepat dia dapat”
artinya adu cepat.
Dan ternyata ketika kami menerapkan
metode ini kami terkejut dengan hasil yang kami dapatkan karena semangat dan
minat siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa inggris ini, ternyata diluar
perkiraan kami.
Anak-anak belajar bahsa inggris
dengan enjoy, senang dan dengan semangat yang bembara. Karena ketika
pembelajaran bahasa inggris dengan metode ini, anak-anak menunjukan semngat dan kemampuan mereka yang
paling besar (yang paling top) karena mereka harus berusaha untuk menjadi
pemenang dan mampu memperahankan kelompoknya agar tidak gugur dalam perlombaan.
Dan untuk bisa menjadi pemenang
mereka harus mengerahkan seluruh kemampuan bahasa inggris mereka (kecakapan
bicara, kecerdasan, kepekaan pengalaman dan ketelitian serta imajinasi) untuk
menyingkirkan lawan-lawan mereka. Karena ketika soal (berupa sebuah kata)
diberikan kepada ketua kelompok maka ketua harus menggambarkannya kepada
kelompoknya agar kelompoknya bisa menebak kata yang dimaksud oleh ketua(tanpa
menyebutkan benda tersebut). Karena apabila kelompoknya tidak bisa
menjawab/menebak benda tersebut, maka jawaban/kesempatan menjawab akan dilempar
pada kelompok lain. Dan kalau hal itu terjadi maka kelompok tadi akan
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan poin tambahan.
Karena setiap kelompok tidak mau kehilangan
kesempatan untuk menjawab dan mereka tidak mau dikalahkan, mereka akan berusaha
mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk menjawab soal tersebut. Dan disaat
itulah suasana yang menegangkan, penuh rasa takut dikalahkan dan
perasaan-perasaan lain akan bersatu padu, tapi tetap asik dan menyenangkan. Dan
disinilah keceriaan, kesemangatan serta potensi anak akan muncul dan akan
Nampak pada kita.
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Sebenarnya factor kemalasan anak untuk belajar bahasa
inggris bukanlah karena mereka tidak mempunyai kemampuan tapi karena kesalahan
metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru atau kesalahan penerapan
suatu metode dalam pembelajaran (metodenya sudah benar tapi proses penerapannya
salah). dan yang kedua karena kekurang-sabaran guru/pendidik yang memberikan pelajaran
sehingga kebanyakan guru marah-marah pada muritnya dan akibatnya siswa enggan
atau malas untuk mempelajari bahasa inggris.
Sebenarnya mereka sudah punya potensi yang sangat bagus yang
tidak pernah diketahui oleh para guru, dan itu terbukti ketika kami menerapkan
pembelajaran bahasa inggris dengan metode-metode yang aktif, efektif dan
menyenangkan yang kami padukan dengan outbound. Seperti guessing
mothod, describing words method dan
metode-metode lain yang telah kami paparkan diatas.
Jadi dengan pengolahan dan kolaborasi metode-metode yang
benar akan mampu membangkitkan dan menambah semangat siswa untuk belajar bahasa
inggris serta membuat anak lebih kreatif, aktif, dan imaginative. Bukan Cuma
itu saja penerapan metode ini terbukti bisa meningkatkan kemapuan siswa dalam
bahasa inggris.
Dan yang paling penting, metode ini (yang dikolaborasikan
dengan outbound) telah meruntuhkan dan menghancurkan pandangan negative/miring
anak terhadap bahasa inggris, serta telah membangkitkan dan menumbuhkan semangat
baru untuk belajar bahasa inggris.
3.2 Saran
Marilah kita menyadarkan teman, anak didik dan masyarakat
kita akan pentingnya bahsa inggris di era modern ini, dan marilah kita juga menghapus
pandangan negatif terhadap bahasa inggris dengan menunjukkan dan membuktikan (menggunakan
metode pembelajaran seperti diatas) bahwa bahasa inggris tidak sesulit dan
tidak membosankan seperti yang selama ini mereka fiqirkan, agar mereka tidak
lagi trauma dan kembali bersemngat dalam belajar bahasa inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1990. Metode
Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan pembelajaran. Bandung.
alfabeta
Nasution. S. 2005. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Slavin,
R.E.. Educational Psychology: Theory and Practice. (Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon 2000),
Surya Dharma, MPA., Ph.D, (2008) Pendekatan,
Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan : Jakarta
[1]
Aunurrahman, hlm. 44-46
[3]
Untuk listening kita bias menggunakan hp, laptop dan lain-lain.
[4]
Lozanov 1979
Tidak ada komentar:
Posting Komentar